UPACARA TRADISI GENDURI
Upacara
slametan atau genduri sudah menjadi tradisi yang mendarah daging dikalangan
masyarakat jawa, kususnya kaum abangan.
Namun saat ini banyak orang jawa yang melaksanakan sebatas sebuah tradisi
warisan leluhur. Kata Slametan
atau Selamatan berasal dari
kata “selamet” yang berati “selamat,
bahagia, sentosa”. Adapun makna kata “selamat”
ialah keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikendaki, Rizem (2015:81).
Menurut
beberapa paraahli slametan atau genduri diartikan sebagai:
1. Clifford, Geertz (1983:13) slametan
adalah versi jawa yang merupakan upacara keagamaan dan adat Jawa yang paling
umum di dunia.
Slametan melambangkan kesatuan mistik dan sosial mereka yang ikut serta di
dalamnya.
2. Aizid, Rizem (2015:83) slametan
adalah kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan sebagai pesta ritual,
upacaranya diadakan di rumah maupun desa atau bahkan skala yang lebih besar yang sudah dilakukan oleh nenek moyang.
Dari
pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan slametan adalah upacara atau
ritual tradisonal masyarakat Jawa yang tradisional yang bertujuan minta keslamatan kepada tuhan dan
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Kebayakan slametan diadakan pada waktu malam
setelah matahari terbenam dan setelah Shalat Magrib telah dilakukan oleh umat Islam.
Tetapi ada beberpa slametan yang diadakan pada siang hari seperti piton-piton
bayi, mitoni anak, panen dan masih bayak lagi slamaten yang diadakan pada siang
hari.
Ketika
slametan ganti nama, panen, atau hitanan, tuan rumah akan mengundang seseorang
yang ahli pada hitungan jawa
(berjonggo)
untuk menentukan hari baik menurut hitungan sistem kalenden Jawa. Pada upacara
slametan yang diundang
adalah kaum pria saja yang berada disekitar rumah yang punya hajat. Pada saat
slametan sejumlah orang duduk melingkar bersila di atas tikar untuk berdoa
bersama yang dipinpin oleh sesepuh atau berjonggo setempat, tidak mudah untuk
mengkajatkan ubarampe yang ada dalam genduri karena harus hafal jenis dan
tujuan ubarampe dalam genduri tersebut. Salah satu hal yang pasti ada dalam
setiap slametan adalah ubarampe, yaitu sekumpulan perlengkapan ritual, setiap
acara slametan pasti memiliki atau menggunakan ubarampe yang berbeda tergantung
niat atau hajat yang akan dilakukan.
Dalam
makalah ini peneliti akan menberikan contoh slametan atau genduri prosesi
penanaman padi sampai panen di
daerah
paling selatan Kabupaten Ponorogo yaitu Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten
Ponorogo. Diketehui Desa Selur merupakan perdesa yang berada di atas
pengunungan yang masih sejuk dan pemandangan yang begitu indah kemudian
disebelah selatannya lagi sudah Kabupaten Terggalek. Dari segi itulah Desa
Selur khususnya masih mempertahankan tradisi-tradisi nenek moyang yang masih
dipelihara dengat baik
seperti genduri karena diyakini ketika melakukan genduri akan kembali lagi pada
keluargannya, akan memperoleh keslamatan dan bartambah riskinya
yang diberikan oleh Tuhan. Hampir setiap hari masyarakat Desa Selur mengadakan
genduri seperti piton-piton bayi, mitoni anak, panen, kematian, mendirikan
rumah, pindah rumah dan masih banyak lagi genduri yang masih terjaga dengan
baik oleh masyarakat Desa Selur yang dilakukan.
Banyak
upacara adat yang terjadi saat penanaman padi sebelum dimulai contohnya menetukan
hari baik sebelum menanam padi sesuai
hitungan kalender jawa,
kemudian pemilik sawah akan mengadakan genduri dengan tujuan agar waktu
penanaman berjalan dengan lancar tanpa ada alangan dan hasil panennya sesuai
harapan, selanjutnya pemilik
sawah akan menaruh sesajen yang
dinamakan pecok bakal atau panjang ilang yang ditaruh dipinggiran sawah ketika
menanam padi dilakukan sampai panen padi baru diambil lagi dengan maksud
memberi penghormatan dan rasa terima kasih kepada leluhur yang sudah membuatkan sawah tersebut, kemuadian
saat pertengahan atau ketika tanaman padi mulai berisi pemilik sawah akan
melakukan Rujakan dengan maksud supaya isi padinya berisi semua dan ketika panen
bisa memperoleh sesuai harapan. Kemudian ketika sebelum panen dilakukan
Masyarakat Desa Selur akan mencari hari baik
lagi yang sesuai kalender jawa untuk menentukan
kapan padi tersebut dipanen, seteleh hari baik sudah ditentukan Masyarakat Desa
Selur akan mengadakan genduri dengan tujuan mengukapkan rasa syukur atas pemberian
Tuhan dengan panen yang sesuai harapan dan memita keslamatan ketika proses
panen dilakukan. Dalam prosesi genduri dilakukan terdapat doa-doa secara adat
Jawa dan Agama dengan inti yang sama yaitu mengukapkan rasa syukur dan meminta
keslamatan kepada Tuhan.
daftar pustaka :
Geert, Clifford.1983. Abangan,Santri,Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
Jakarta: Puastaka Jaya.
Aizid,
Rizem. 2015.Islam Abangan & Kehidupannya.Jakarta:Dipta
NAMA : FITRAYOGA LANANG P
NIM : 19209241051
PRODI : PEND. SENI TARI ( UNY )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar